
Synopsis: In Taipei, the crippled scientist Hashimoto uses his invention of "Menger Sponge" to capture the energy of the spirit of a child in an old building. (IMDB.com)
Cast / Crew: Chang Chen, Yosuke Eguchi / Director : Chao-Bin Su
Review:
The World's First Caught Spirit
Silk atau sutra terkenal sebagai bahan yang halus, ringan, dan lembut. Benangnya pun sangat lembut nyaris tak terlihat, karena lembutnya. Meskipun demikian, apa yang diungkapkan film ini jauh berbeda dengan definisi sutra pada umumnya.
Silk adalah film produksi tahun 2006 dengan sutradara Chao-Bin Su. Film bergenre horror ini memiliki cara bertutur yang sedikit unik dan tak lazim. Ketegangan cerita dan nuansa horror tidak dibangun diatas cerita yang biasa dan tidak melulu dengan adegan2 mengagetkan seperti layaknya film2 horor local.
Kalau boleh dibilang, film ini memiliki kekuatan yang nyaris sama untuk aspek horror maupun dramatisnya.
Dramalurgi dibangun diatas pondasi cerita tentang Tung yang sedang berjuang menghadapi kehidupan pribadinya yang nyaris luluh lantak. Trauma masa lalu dan konflik dengan sang ibu membuat Tung menjadi sedikit gamang dalam mengambil langkah panjang dalam hidupnya. Hal ini sedikit banyak membuat hubungannya dengan sang pacar menjadi terkatung2. Ketergantungan sang ibu terhadap sosok Tung membuatnya terlihat kuat dari luar, namun rapuh didalamnya. Disisi lain, ada lagi cerita tentang Hashimoto yang terobsesi dengan Menger Sponge yang pada akhirnya membuatnya sedikit irasional. Sponge khusus ini dipercaya mampu mengunci energi hantu dan membuatnya tak bisa kemana-mana. Pada akhirnya, ia mengurung roh seorang anak kecil didalam sebuah ruangan di apartemen tua. Plot utama tentunya tentang sosok anak dan ibu yang terikat oleh benang sutra tipis, dan semua drama yang menjadi latar belakang ceritanya. Bahwa sang ibu merasa berat dengan kondisi sang anak yang memiliki sedikit kelainan fisik yang pada akhirnya membawanya pada sebuah tindakan ekstrem. Menghabisi nyawa sang anak. Roh anak ini yang kemudian di kurung oleh Hashimoto dengan menggunakan Menger Sponge.
Well, sajian drama berat memang sangat terbangun dengan plot-plot tadi. Membuat film ini menjadi agak terlalu berat unsur dramanya. Tidak membuatnya menjadi jelek, hanya saja membuat kita menjadi agak sedikit lelah ketika harus mengikuti ceritanya yang cukup panjang.
Horornya sendiri dibangun diatas nuansa muram dan gelap, gedung tua yang tak terawat, malam yang pekat, dan tentu saja penampakan sang bocah. Agak sedikit surprise bahwa film ini menampilkan sosok roh sang anak secara eksplisit dan jelas sejak awal, tidak seperti film horor yang umumnya hanya menampilkannya sekelebatan, atau hanya jelas pada akhir film. Walau demikian, unsur horor tidak berkurang sama sekali dan tetap terjaga sepanjang film. Malah pada beberapa titik, horor menjadi lebih tegang manakala sang bocah sudah mulai menentukan targetnya dan mengincar korbannya.
Film ini memang berbeda. Penempatan proporsi drama dan horor secara nyaris seimbang bukan sesuatu hal yang lazim, meskipun tidak bisa dibilang revolusioner juga. Tapi, tidak banyak film seperti ini. Kalaupun ada, tidak banyak yang mampu mempertahankan kedua genre ini berjalan efektif sepanjang film. Biasanya salah satunya akan menjadi dominan dibanding yang lain.
Disisi lain, sebagaimana sudah saya sampaikan tadi, porsi drama yang besar dengan plot cerita yang juga gelap membuat penonton menjadi sedikit lelah mengikuti alur cerita yang panjang. Belum lagi tempo film yang cukup lambat. Membuat film ini berpotensi membuat bosan para penontonnya atau menjadikan film ini agak sedikit sulit untuk diikuti
Silk adalah film horor dengan kualitas baik. Dengan ilustrasi musik yang pas, sudut pandang kamera yang tepat, dan dukungan aspek teknis lainnya yang baik, film ini menjadi cukup memorable buat saya. Satu hal lain yang cukup berkesan adalah para pemainnya yang bermain sangat baik! Akting paling dominan dan paling kuat datang dari Chang Chen. Performanya pas sebagai polisi berperangai keras, teguh, tangguh, tapi ternyata rapuh didalamnya. The rest cast, bahkan Barbie Hsu, bermain cukup baik dan meyakinkan. Nampaknya pemilihan castnya cukup tepat!
Secara kualitas, film yang juga jadi Official Selection di ajang Festival Film Cannes, sempat meraih 5 nominasi dari Golden Horse Film Festival (ajang festival film terbaik di Taiwan untuk semua film berbahasa China dari seluruh dunia), termasuk untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Score Film, Script, dan Visual Effect. Walau akhirnya hanya menang di 1 kategori, yaitu Visual Efek, tetap saja film ini menunjukkan kelasnya sebagai film horor berkualitas.
Silk harusnya bisa menjadi contoh buat para filmmaker horor di Indonesia. Bahwa film horor tak melulu diisi dengan adegan-adegan seram dan mengagetkan dan musik hingar bingar penuh tenaga. Silk adalah contoh baik film horor yang berusaha sekuat tenaga menjaga tensi ceritanya sekaligus menggali dramatisasi secara baik. Bukti bahwa film horor pun bisa memiliki cerita yang kuat sebagai pondasi ceritanya.
Silk. Film horor kuat yang berkualitas. Seram, tapi tetap mengalir lembut… Smooth as silk…
Go see it, enjoy the show!!!
Rating : 9/10
like the review ^_^
ReplyDeletelike writing it also!!!
ReplyDeletesalah satu review paling sulit.
secara banyak banget detil