
Synopsis: In Harlem, an overweight, illiterate teen who is pregnant with her second child is invited to enroll in an alternative school in hopes that her life can head in a new direction. (imdb.com)
Cast/Crew: Gabourey Sidibe, Mo’Nique, Paula Patton, Mariah Carey / Director : Lee Daniels
Review:
Life is hard. Life is short. Life is painful. Life is rich. Life is....Precious.
Think your life’s a mess… well, think again.
Melihat film ini, kok rasa-rasanya hidup ini terasa ringan yaa… Entah apa karena saya terlalu terbawa perasaan setelah nonton film ini…. Atau memang film ini jadi cermin buat saya, bahwa hal sekecil apapun, bahkan setiap tetes darah yang mengalir, mutlak en kudu disyukuri.
Bukan, bukan ingin berceramah tentang teologi. Bukan pula hendak mengajari tentang hidup. Tapi rasa-rasanya kita mesti berpikir ulang setelah melihat film yang bobot dramanya berat, seberat bobot Gabby yang agak di atas rata-rata sepertinya… (Just joking)
Bagaimana kita tidak simpati melihat penderitaan Precious. Anak remaja tanggung yang kompleksitas masalahnya jauh lebih semrawut daripada melihat semrawutnya macet di daerah mampang. Dilahirkan dari keluarga tak utuh, dengan sosok ibu yang abusive dan jauh dari figur2 motherhood, overweight, punya masalah pendidikan, di skors dari sekolah gara-gara 2 kali hamil waktu smp, dan cilakanya, Precious hamil gara2 diperkosa oleh ayah tirinya. (Oouuchh!!). Bagaimana ia tidak tumbuh jadi remaja muram, miskin (baik itu miskin hati maupun miskin dalam arti sebenarnya), dan punya masalah kronis dengan rasa percaya diri.
Berbekal panduan dari sekolah alternatif yang dikelola oleh Ms. Rain, Precious akhirnya belajar menghargai, menilai, dan berpendapat, bahwa hidupnya adalah berharga. Ketika kita tidak dihargai oleh orang lain, minimal kita harus membuat diri kita berharga, at least untuk diri kita sendiri.
Dengan premis cerita yang sangat padat, isu-isu sosial yang menggelayut didalamnya (kemiskinan, adolescence, domestic violence, sexual harrasment, education, self estem, dan masih banyak lagi), film ini hanya punya 2 peluang untuk mendapatkan penilaian dari penontonnya. Satu, kelompok penonton yang kurang mampu menangkap esensi film ini pasti akan beranggapan bahwa ini adalah salah satu film yang membuat luar biasa bosan karena dipenuhi oleh dialog-dialog panjang, drama berat, dan bintang-bintang yang tidak terlalu kinclong. Well, tidak bisa disalahkan.
Kelompok kedua, dimana saya tergabung didalamnya, adalah kelompok penonton yang merasa punya ikatan, ada bond, ketika menyaksikan karya ini, menilai bahwa film ini adalah film kuat, kaya, dan sangat wajar menjadi salah satu kontender kuat ajang Oscar tahun ini. Sangat wajar memang. Walaupun akhirnya hanya mampu memboyong 2 penghargaan (Best Screenplay Adaptation dan Best Actress in Supporting Role untuk Mo’Nique), film ini tetap layak disebut masterpiece sepanjang tahun 2009 kemarin (agak lebay gak siiih).
Bukan typikal film drama menye-menye, yang penuh dengan adegan mengharukan yang membuat nangis bombay. Bukan…. Tapi drama ini sangat menyentuh (well, at least buat saya). Sangat kaya muatan, sangat kaya dalam bertutur cerita, dan, ini yang paling utama, sangat kaya dengan performa akting luar biasa dari pemainnya. Salah satu hal yang paling saya ingat dari film ini adalah akting para pemainnya yang patut diacungi jempol!!! Mantabb!!! Selain Mo’Nique yang menang Oscar, tetap saja pemain yang lain gak kalah keren mainnya, terutama Gabby, Paula Patton, dan beberapa cast pendukung lainnya. Bahkan Lenny Kravitz dan Mariah Carey pun terlihat mengkilat di film ini. Kudos untuk aktingnya…!!!
At the end, seperti sudah saya sebutkan tadi (eh, sudah atau belum ya? Ah, well), Precious jelas bukan film untuk semua orang. Tapi kita bisa melihat bahwa kekuatan sebuah film tidak selalu harus dihasilkan dari balutan teknologi canggih dalam pembuatannya, atau penuh dengan adegan2 eksplosif didalamnya. Cukup dengan seorang sutradara bertangan dingin yang tahu apa yang mau dia buat, punya skrip kuat dan cantik, dan sederet pendukung yang dijamin mampu memberikan performa luar biasa dalam kapasitas mereka sebagai bintang film. Dedikasi, kerja keras, pengetahuan, didukung dengan faktor X, bisa membuat film ‘kecil’ seperti Precious memiliki gaung yang luar biasa besar, dan sedikit banyak memberi impact buat semua orang. Bahwa kemiskinan, dimanapun, dalam kultur budaya manapun, pasti punya implikasi negatif buat manusia.
Jadi, buat siapapun yang merasa hidup mereka sial, sedih, miskin, gak berarti, well… coba liat film ini. Dan apakah anda masih akan merasakan hal yang sama? Ya mungkin ada beberapa yang tetap. Tapi salah satu pelajaran penting yang bisa saya ambil dari film ini adalah :BERSYUKUR. Untuk segala hal…. Bahwa di atas langit masih ada langit, dan di bawah tanah, masih ada lapisan tanah yang lain.
Again, Precious : Based on the Novel Push by Sapphire is not a movie for everyone…
But it is one of the most powerful movie in 2009. Definitely a worth watching…
Go see it, enjoy the show!!!
Rating : 9/10
worth watchin.. klo nonton ma pasangan cucok ga ^_^... Have u read the book as well? Apakah bisa di bilang seperti chicken soup?
ReplyDeleteUntuk setiap scene nya membosankan ga?
nanya mulu kaya tamu...
ReplyDeleteliat aja nape!